Tampilkan postingan dengan label MINOR SURGERY. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MINOR SURGERY. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 April 2014

Ateroma

Kista Aterom


Definisi
Tumor jinak di kulit yang terbentuk sebagai akibat tersumbatnya muara kelenjar sebasea.

Patofisiologi
Terbentuk akibat sumbatan pada muara kelenjar sebasea, oleh karena itu ditemukan puncta berbentuk titik kehitaman sebagai muara kelenjar di kulit yang tersumbat. Sekret kelenjar sebacea yaitu sebum dan sel-sel mati tertimbun dan berkumpul dalam kantung kelenjar. Lama kelamaan membesar dan terlihat sebagai masa tumor yang berbetuk lonjong sampai  bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, tidak terfiksir ke dasar, tetapi melekat pada dermis di atasnya. Isi kista adalah bubur eksudat berwarna putih abu-abu yang berbau asam.

Diagnosa
Tampak bulat atau oval, superficial-subkutan, batas tegas, ada puncta berupa titik kehitaman yang letaknya biasanya dipermukaan kulit tepat ditengah masa. Batas tegas, konsistensi lunak sampai kenyal, umumnya tidak nyeri, Predileksi di bagian tubuh yang berambut (kepala, wajah, belakang telinga, leher, punggung, dan daerah genital).

Epidemiologi
Sering terjadi pada usia 20 sampai 30 -an, predileksi pada pria dua kali lebih banyak dibanding pada wanita.



 Perhatikan adanya puncta diatas masa


Terapi
Terapi Antibiotik diberikan jika terdapat tanda adanya infeksi yaitu kemerahan dan inflamasi, seringnya adalah infeksi bakteri staphylococci.
Eksisi menyertakan kulit dan puncta untuk mengangkat seluruh bagian kista hingga ke dindingnya secara utuh.
Bila terjadi infeksi sekunder dan terbentuk abses, dilakukan insisi, evakuasi dan drainase. Setelah tenang (3-6 bulan) dapat dilakukan operasi definitive

Teknik operasi
Lakukan tindakan aseptik.
Tutup dengan duk bolong
Lakukan anestesi lokal (blok/infiltrate)  dengan lidocaine 2%
Tandai batas insisi  yang akan dilakukan, berbentuk elips, dengan panjang sejajar dengan garis Langers


Insisi kulit sampai subkutis.
Pegang ujung insisi dengan klem dan angkat

Lakukan diseksi tajam dengan gunting menelusuri masa kesekelilingnya
Usahakan kista tidak pecah
Jika masa sudah terangkat, potonglah jaringan bagian bawah


Perdarahan dirawat
Jahit luka operasi lapis demi lapis.
Masa dibelah dan dilihat isinya kemudian dikirim ke patologi anatomi


Kista di region gluteal, perhatikan besar masa


letak puncta dan pola insisi
 
 Insisi elips, angkat kulit dengan klem


mulai diseksi tajam





Lanjutkan diseksi ke segala arah dan mepet ke kapsul




Setelah kista terangkat , lakukan  pencucian kemudian jahitan subkutis dan kutis



Instrumen Bedah Minor

Instrumen


Instrumen Standar
Alat-alat minimal yang harus disediakan adalah:

Gunting diseksi sebanyak 1 buah
Gunting diseksi metzenbaum sebanyak 1 buah
Gunting Aff Hecting sebanyak 1 buah
Gunting kasa/linen sebanyak 1 buah
Klem/forceps mosquito sebanyak 3 buah
Klem/forceps pean lurus sebanyak 2 buah
Pinset anatomis sebanyak 1 buah
Pinset sirurgis sebanyak 1 buah
Needle holder (nald voeder) sebanyak 1 buah
Jarum jahit (nald heacting) sebanyak 1 buah jika tidak menggunakan benang yang bersatu dengan                

jarumnya.
Bisturi (bistuori/mess/blade) dan pegangannya  1 buah
Klem koher sebanyak 1 buah
Kuret kecil sebanyak 1 buah
Alat lain sesuai teknik insisi/hemostasis sebanyak 1 buah
Koorntang (korentang) dan wadahnya sebanyak 1 buah
Kom kecil sebanyak 2 buah (untuk tempat larutan antiseptik)
Tempat instrumen
Neerbeken/bengkok
Hak (retractor)
Ring forceps sebanyak 1 buah
Trokar sebanyak 1 set

 

Gunting Diseksi Mayo



Gunting diseksi Metzenbaum


Gunting aff hecting/Stitch scissors


Gunting kassa/Bandage scissors


Klem arteri/mosquito/pean bengkok


Klem vena/pean lurus



Needle holder (naald voeder)



Mathieu  needle holder



Ring forceps/sponge forceps



Pinset anatomis/ dressing forceps


Pinset sirurgis/ tissue forceps



Adson dressing forceps



Adson tissue forceps


Macam-macam pisau



Scalpel  handle




Towl  forceps



Neerbeken/bengkok



Wound retractor /hak


Senn retractor


Gillies retractor




DesMarres Lip retractor



Kuret



Trokar


Koorntang (korentang) dan wadahnya

Instrumen Penunjang
Instrumen penunjang antara lain :

Tromol untuk menyimpan kasa dan duk steril


Autoklaf untuk sterilisasi alat


Incisi dan Drainase Pada Abses

Incisi Drainase Abses

Definisi
Abses adalah  pengumpulan eksudat purulen yang terjebak di dalam jaringan yang kemudian membentuk rongga yang secara anatomis sebelumnya tidak ada, dengan jaringan fibrotik disekitarnya sebagai respon tubuh terhadap adanya infeksi.

Patofisiologi
Kejadian abses bermula dari trauma mayor ataupun minor yang diikuti masuknya bakteri . Eksudat kemudian terakumulasi, jika tidak segera diekskresikan atau di absorbsi tubuh, maka akan memicu terbentuknya kapsul fibrous sebagai respon tubuh untuk melokalisir untuk membatasi penyebaran lebih lanjut.




Abses bisa terjadi dimanapun di bagian tubuh. Untuk tindakan bedah minor akan dibahas abses di kulit dan subkutis tetapi tidak termasuk abses payudara, abses perianal dan abses paraanal  mengingat penanganannya yang spesialistik.
Abses juga bisa terjadi setelah suatu luka ringan, cedera atau sebagai komplikasi dari folikulitis. Abses bisa timbul di setiap bagian tubuh dan menyerang berbagai usia.
Abses harus dibedakan dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut.

Etiologi
Penyebab utama terjadinya abses yaitu adanya benda asing yang diikuti bakteri pyogenic. (Stapilococcus Spp, Esceriscia coli, Streptokokkus beta haemoliticus Spp, Pseudomonas, Mycobakteria, Pasteurella multocida, Corino bacteria, Achinomicetes) dan juga bakteri yang bersifat obligat anaerob (Bakteriodes sp, cClostridium, peptostreptokokkus,fasobakterium). Infeksi bisa menyebar, baik secara lokal maupun sistemik. Penyebaran infeksi melalui aliran darah bisa menyebabkan sepsis. Maka dari itu penanganan abses perlu sesegera mungkin (cito). Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Kemungkinan  terbentuknya  abses  meningkat pada:

Adanya kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
Individu dengan gangguan sistem kekebalan.
Individu dengan gangguan vaskular

Klinis
Terbentuk indurasi disertai reaksi inflamasi disekitarnya yang lama-kelamaan terbentuk masa kistik dengan temperatur yang lebih hangat dibandingkan jaringan sehat. Pada palpasi akan didapatkan adanya fluktuasi sebagai akibat banyaknya
eksudat yang terbetuk.
Gejala sistemik yang terjadi bisa timbul  demam yang berulang. Gejalanya bisa timbul:
adanya masa
nyeri
teraba hangat
pembengkakan
kemerahan
Jika masih ragu, lakukan aspirasi dengan spuit berjarum besar di daerah yang paling fluktuatif.



Pada pemeriksaan laboratorium bisa menunjukan penigkatan leukosit.

Terapi
Terapi utama adalah drainase  sebagai kontrol sumber infeksi (source control). Drainase dilakukan dengan menginsisi bagian yang paling fluktuatif dan dinding yang paling tipis. Adakalanya terbetuk septa-septa dalam satu abses sehingga diperlukan multiple insisi. Pemberian antibiotik idealnya adalah sesuai dengan tes kultur dan resistensi, namun mengingat hasil kultur setidaknya membutuhkan waktu 3 hari, maka diberikan antibiotik broad spectrum sesuai pola kuman penyebab terbanyak dan pola resistensi yang berbeda di setiap daerah.

Teknik Operasi
Tindakan antiseptic lapangan operasi, jika abses setelah pecah, maka mulai painting dari arah luar                 kedalam (bagian yang kotor diusap terakhir).
Drepping
Anestesi dengan chlor ethyl topical(disemprot)
Siapkan kasa dan neerbeken untuk menampung eksudat
Insisi dengan pisau no 11, kemudian lebarkan dengan klem



Tekan sampai pus/eksudat minimal



Lakukan debridement jaringan nekrotik dengan kuret atau kasa.
Irigasi dengan NaCl 0,9 % sampai jernih
Bilas dengan H2O2
Cuci dengan antisetik povidon iodine (betadin), chlorhexidin (savlon) dll
Jika kemungkinan eksudat masih ada atau diperkirakan masih produktif sebaiknya dipasang drain                 (dengan penroos drain atau potongan karet hand scoon steril)
Rawat sebagai luka terbuka (tidak dijahit)

Ingrowing Toenael

Ingrowing Toenael

Definisi 
Pertumbuhan kuku yang mengarah ke samping lateral atau medial sehingga kuku tertanam di lipatan kuku atau  nail fold.  Keadaan ini bisa  mengakibatkan inflamasi bahkan infeksi (paronikia).
Pada diabetisi dan orang  dengan masalah vaskular perlu lebih agresif menangani dan mencegah terjadinya masalah minor pada kaki seperti  pertumbuhan kuku yang mengarah ke samping ini karena hal ini dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius seperti kehilangan anggota gerak.
Nama lain onychocryptosis, unguis incarnatus

Anatomi Kuku
Potongan Memanjang


Potongan melintang phalanx distal

Patofisiologi dan Etiologi
Pertumbuhan kuku yang menyamping sering disebabkan karena memotong kuku terlalu pendek atau memutari batas  pinggir kuku. Atau karena mamakai  sepatu yang terlalu ketat sehingga menekan kuku kebawah . Hal ini juga dapat  terjadi  setelah adanya trauma seperti tertusuknya ibu jari kaki.
Apabila kondisi yang menyebabkan pertumbuhan abnormal ini berlanjut, pertumbuhan jaringan secara berlebih di atas kuku dapat mengarah kepada perubahan permanen pada jaringan  yang dapat menyebabkan infeksi, nyeri dan bengkak yang semakin bertambah.
Penyebab yang lainnya antara lain :
Hereditas – Beberapa orang secara genetik memiliki predisposisi  kuku yang memiliki lengkungan yang mengarah ke atas dengan distorsi pada salah satu atau kedua  batas kuku.
Keadaan tulang yang patologis  yang sudah ada menyebabkan deformitas kuku
Obesitas menyebabkan alur kuku bertambah dalam
Trauma sebelumnya menyebabkan bentuk kuku yang tidak beraturan
Paronychia adalah infeksi pada kuku dan jaringan sekitarnya.  Hal ini secara umum adalah akibat dari kuku yang tumbuh menyamping melukai jaringan yang mengitarinya sehingga. Keadaan ini menjadi tempat masuknya bakteri dan menimbulkan infeksi.  Penyebab yang lebih jarang dapat berasal dari trauma kuku seperti jatuhnya suatu benda di atas ibu jari yang biasa disebut micro trauma. Dapat juga disebabkan oleh tekanan berulang terhadap kuku seperti yang terjadi pada seorang yang bermain sepak bola atau tenis, dimana ibu jari secara terus menerus terbentur ke ujung sepatu.

 
Paronichia

Klasifikasi
Perkembangan kuku yang tumbuh menyamping dan masuk ke dalam lipatan kuku terbagi menjadi 3 tahap :
1. Eritema, oedem dan nyeri tekan local.
2. Pembentukan krusta dan purulensi di lipatan kulit dan  nail plate   junction .
3. Infeksi kronis dengan pembentukan jaringan granulasi di atas lempeng kuku.

Epidemiologi
Dari semua masalah kuku, penyakit ini merupakan yang paling sering terjadi. Kuku ibu jari terkena lebih banyak dibandingkan kuku jari lainnya. Batas lateral ibu jari adalah yang paling sering terkena.
Di Inggris dilaporkan 10.000 kasus setiap tahunnya. Secara umum, mortalitas tidak berhubungan dengan ingrown nails. Morbiditas  terutama merupakan akibat dari infeksi jaringan. Apabila dibiarkan, pembentukan abses (paronikia) dapat terjadi atau penyebaran ke tulang/osteomielitis, infeksi sistemik, sepsis atau amputasi.

Gejala Klinis
Anamnesa :
Pasien datang untuk mengatasi  ingrown nails karena  ketidaknyamanan, nyeri atau bengkak.  Ingrown           nails  dapat menyebabkan nyeri yang signifikan.
Perasaan tidak nyaman menjadi bertambah dengan penambahan berat badan dan ambulasi.

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan dapat ditemukan tanda-tanda berikut :
Oedema atau inflamasi pada jaringan yang mengelilingi bantalan kuku.
Hiperemis
Jaringan granulasi yang rapuh atau mengalami maserasi
Eksudasi
Hipertrofi epidermis yang mengelilingi
Penatalaksanaan :
Memilih peggunaan sepatu/alas kaki yang nyaman dengan ujung  yang lebar atau terbuka.
Memberikan arahan kepada pasien untuk  selalu memotong  kuku secara lurus dan menghindari terpotongnya margin lateral. Ujung tepi kuku harus melewati jaringan.

Tindakan bedah minor.
Teknik Operasi

Tindakan antiseptic lapangan operasi
Ikat bagian pangkal jari untuk membantu hemostasis
Anestesi blok di bagian lateral dan medial phalank  (lidocain HCl 2 % tanpa adrenalin),
Anestesi infiltrasi di bawah kuku yang akan di incisi sampai bawah nail root
Uji anestesi yang telah dilakukan dengan menjepit dengan pinset.
Insisi  bagian nail fold lateral  berbetuk elips sampai ke nail fold proksimal
Insisi kuku sekitar 1/3 bagian lateral atau medial  .
Buang jaringan nekrotik
Lakukan kuretase jaringan di sekitar eksisi
Cuci dengan NaCl 0.9 %, povidon iodine 10 %, dan H2O2
Penjahitan

Teknik penjahitan
Prinsipnya adalah lipatan kuku (nail fold)  harus ada dibawah kuku, sehingga  tepi kuku yang di eksisi tidak lagi tertanam (tepi kuku diatas kulit)


Perhatikan pola jahitan, tepi kulit akan barada dibawah kuku

Tekniknya adalah:
Tusukan jarum ke kuku
Masuk lipatan kuku  dari dalam keluar
Tusukan kembali ke nail fold agak keatas atau ke pinggir.
Tusukan jarum mengarah ke kuku dari dalam luka
Simpulkan.



Regional blok di sisi lateral dan medial jari.




Tambahkan infiltrasi di bawah kuku dan Pola insisi digambar




Lakukan insisi sampai jaringan granulasi terbuang habis



      Kuku digunting dan dicabut.  Bersihkan jaringan  dengan kuret



  Perhatikan pola jahit   dan  Jarum masuk dari k






Masuk kembali dari luar kulit kedalam



                             Jarum keluar dari dalam luka insisi,  masuk kembali ke bawah kuku



Tarik dan simpulkan hingga tepi kulit berada dibawak kuku. Jahit lagi.