HEMOSTASIS
Secara skematis, respon terhadap injuri vaskular dapat dilihat pada bagan dibawah ini
Sistem koagulasi yang terjadi dapat melalui jalur intrinsik ataupun ekstrinsik,tetapi pada akhirnya akan bergabung lewat jalur bersama. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembekuan harus dipelajari sebagai antisipasi adanya penyulit yang mungkin terjadi.
Teknik Hemostasis
1. Penekanan/Depper
Teknik ini digunakan untuk membantu sistem hemostatis dengan melakukan penekanan pada daerah perdarahan beberapa saat. Dengan penekanan, diharapkan kapiler dapat tertutup dan selanjutnya platelet plug yang terbentuk akan lebih mudah menutup kapiler yang terpotong. Teknik ini hanya bisa dilakukan pada perdarahan yang diakibatkan jejas pada pembuluh darah kecil seperti kapiler, sedangkan untuk pembuluh darah yang lebih besar digunakan penjepitan dengan klem atau bahkan ligasi.
Segera setelah insisi selesai, lakukan penekanan/dep dengan melingkarkan kasa ke sekeliling daerah insisi sambil ditekan, diputar dan dibiarkan beberapa saat, kemudian lepaskan dan lihat sumber-sumber perdarahan. Setelah terlihat baru di klem.
2. Pengkleman
Dilakukan pada pembuluh darah yang agak besar. Sebelum dijepit dengan klem, harus dipastikan terlebih dahulu sumber perdarahan atau pembuluh darah yang terpotong. Caranya adalah dengan mendep daerah perdarahan tersebut dengan kasa beberapa saat sampai diperkirakan darah di daerah sekitarnya terserap oleh kasa, kemudian kasa diangkat secara tiba-tiba dan sambil diperhatikan di daerah mana darah muncul. Setelah ditemukan sumber perdarahan, jepit dengan klem , usahakan posisi klem tegak lurus supaya bagian yang terjepit seminimal mungkin. Hal ini berguna jika dilakukan ligasi maka ikatan tidak menjadi longgar setelah klem dibuka. Setelah diklem, didep kembali untuk melihat apakah masih terdapat perdarahan atau tidak. Jika perdarahan masih ada, perlu dipikirkan apakah pengkleman sudah tepat pada sumber perdarahan atau ada sumber perdarahan lain.
3. Ligasi
Ligasi dilakukan jika penjepitan dengan klem masih terjadi perdarahan, terutama perdarahan yang besar. Biasanya setelah diklem hampir selalu diligasi. Caranya sama seperti cara dep dan klem. Namun, setelah diklem, dilakukan ligasi pada pembuluh darah yang terpotong, baru kemudian klem dibuka. Ligasi dapat dilakukan dengan menggunakan chromic cat gut atau plain cat gut dengan ukuran 3.0.atau 4.0. Perlu diingat bahwa setiap ligasi dengan cat gut harus disimpulkan sekurang-kurangnya 3 kali karena lama-kelamaan cat gut akan mengembang dan ikatan menjadi longgar serta dapat lepas jika hanya satu atau dua kali menyimpulkan. Simpulkan secara reef knot. Untuk lebih jelas perhatikan gambar berikut.
Teknik Ligasi
Dep dengan kasa daerah yang diperkirakan sumber perdarahan.
Jepit sumber perdarahan, yakinkan bahwa perdarahan berhenti.
Teknik Ligasi
Perhatikan tahapan ligasi di atas. Ikatan di atas diulang
sebanyak tiga kali agar tidak mudah lepas.
Gunting , sisakan benang sekitar 2 mm.
4. Kauterasi
Metode ini ditemukan oleh Bovie yang menyatakan bahwa arus listrik bolak balik (alternating current) dengan frekuensi tinggi, yaitu sebesar 250.000 – 2.000.000 Hertz dapat digunakan untuk menginsisi atau mengkoagulasi jaringan.
Ada dua teknik dasar yang dapat digunakan, yaitu :
A. Probe Monopolar
Cara kerjanya adalah arus listrik AC berfrekuensi tinggi (+ 1,5 MHz) mengalir lewat probe dan mengakibatkan efek destruksi jaringan dan dehidrasi hingga koagulasi. Probe ditempelkan pada ujung klem yang menjepit pembuluh darah akan mengakibatkan sel-sel akan mengalami combustio yang bergabung menjadi struktur seperti hialin dan pembuluh dalam masa kuagulasi. Arus keluar dihantarkan melalui ground plate yang dipasang pada bagian lain tubuh pasien. Agar arus keluar ini tidak mengakibatkan kerusakan pada kulit, ground plate harus memiliki permukaan yang lebar.
Teknik
• Pasang ground plate
• Identifikasi sumber perdarahan dengan cara mendep dengan kasa
• Klem/pegang dengan pinset sumber perdarahan
• Nilai ulang apakah masih ada perdarahan ditempat yang sama
• Tempelkan pencil probe kauter pada klem/pinset
• Tekan tombol biru beberapa saat sampai sumber perdarahan terkoagulasi
• Lepaskan kelm/pinset
• Nilai ulang apakah amasih ada perdarahan di tempat yang sama.
• Identifikasi lagi perdarahan di tempat lain
• Dengan cara yang sama lakukan koagulasi sampai semua sumber perdarahan terhenti.
• Pembuluh darah yang terbuka dibakar untuk menimbulkan obstruksi. Cara ini sangat menguntungkan dibandingkan dengan semua cara di atas. Dengan teknik ini perdarahan dapat lebih cepat diatasi karena hanya dengan menyentuhkan probe pada sumber perdarahan. Cara ini juga relatif lebih mudah dibandingkan teknik lainnya. Sayangnya harga alat ini relatif mahal.
Kontrol Perdarahan
Dengan menggunakan electrocauter.
B. Probe bipolar
Jaringan yang dikoagulasi berada antara arus masuk dan keluar dengan jarak hanya beberapa millimeter saja. Probe yang digunakan mirip pinset, dimana satu sisi pinset diisolasi dari sisi pinset lainnya yang bihubungkan dengan satu untuk aliran listrik masuk dan sisi lainnya untuk arus keluar.
Electrocauter ini dapat digunakan untuk koagulasi dan insisi.
Teknik
• Pasang ground plate
• Identifikasi sumber perdarahan dengan cara mendep dengan kasa
• Jepitkan probe pinset sumber perdarahan
• Inajak tombol on beberapa saat sampai sumber perdarahan terkoagulasi
• Lepaskan probe pinset
• Nilai ulang apakah amasih ada perdarahan di tempat yang sama. Identifikasi lagi perdarahan di tempat lain
Electro Cauter dengan Probe Bipolar
5. Spons Gelatin
Berupa potong-potongan spons kecil seperti gabus, bersifat lembut, tidak toksis, tidak bersifat antigen, dan dapat diserap tubuh sekitar 4 minggu. Digunakan dengan cara menempelkan pada daerah perdarahan dan perdarahan mulai berhenti beberapa saat. Di pasaran lebih dikenal dengan nama spongostan.
Gambar 8.6 Spons Gelatin
6. Collastypt (surgycell)
Suatu kolagen berupa lembaran-lembaran putih. Collastypt yang bergabung dengan darah akan membentuk masa gelatin yang dapat menghentikan perdarahan. Penggunaannya terutama pada perdarahan parenkim. Hemostatis akan segera tercapai setelah pemakaian. Tidak ada efek samping maupun kontraindikasi dalam pemakaiannya dan dapat diserap dalam waktu sekitar 3 minggu.
Collastypt (surgycell)
7. Laser
Penggunaan laser bisa berbarengan dengan insisi. Seperti hanya dengan menggunakan electrocauter monopolar, penggunaan laser hampir sama. Dengan menembakan sinar dari probe ke arah perdarahan (pengaturan jarak disesuaikan dengan daya) maka terjadi proses pembakarn. Sayangnya penggunaaan laser CO2 tidaklah sepraktis electrocauter karena alur sinar yang dipancarkan dan harus dibelokkan melalui cermin dan prisma untuk sampai ke ujung probe sehingga lebih rigid dibandingkan dengan penggunaan probe pada electrocauter. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pengaturan daya agar jangan sampai menimbulkan daya tembus yang terlalu besar yang akan mengakibatkan efek combustio yang dalam.
Teknik
• Identifikasi sumber perdarahan dengan cara mendep dengan kasa
• Arahkan optik ke sumber perdarahan
• Atur jarak optik ke sumber perdarahan
• Tekan tombol sinar beberapa saat sampai jaringan terkoagulasi
• Perhatikan agar jaringan yang disinar dalamposisi kering.
• Evaluasi ulang sumber perdarahan
• Untuk di jam 6, angkat jaringan yang akan disinar dengan pinset menjauhi urethra baru disinar.
• Identifikasi lagi perdarahan di tempat lain
• Dengan cara yang sama lakukan koagulasi sampai semua sumber perdarahan terhenti.
8. Fibrin Glue
Fibrin glue (lem fibrin) adalah campuran antara 2 zat yaitu fibrinogen dan thrombin. Ketika kedua zat ini bercampur, agen ini mirip dengan tahap akhir dari urutan pembekuan darah untuk membentuk suatu gumpalan fibrin. Fibrinogen dapat diperoleh dari pengumpulan, donor tunggal, dan donor darah autolog dan biasanya diisolasi melalui proses kriopresipitasi. Komponen thrombin biasanya diperoleh dari sapi komersil. Beberapa penyelidik telah menambahkan kalsium klorida dan/atau antifibrinolitik (yaitu asam aminokaproat, aprotinin) pada preparat mereka. Lem fibrin dapat digunakan dengan memakai suatu double-barrel syringe atau aplikasi semprot. Walaupun telah digunakan untuk berbagai prosedur operasi, lem fibrin terutama bermanfaat untuk pasien yang diheparinisasi yang menjalani prosedur kardiovaskular yang membutuhkan sirkulasi ekstrakorporeal karena tidak memerlukan suatu sistem hemostatik yang efektif.
Lem fibrin juga telah dievaluasi pada graft vaskular yang terbuat dari Dakron yang dianyam atau dirajut. Kelemahan yang utama dari penggunaannya adalah risiko penularan penyakit serologis dari darah yang disatukan dan darah yang berasal dari donor tunggal. Preparat yang paling aman adalah menggunakan darah pasien sendiri untuk mempersiapkan lem fibrin. Secara keseluruhan, lem fibrin merupakan suatu metode tambahan yang berguna untuk mengontrol perdarahan pada pasien operasi.
Teknik
• Masukan masing-masing vial dalam spuit double barel
• Pasang kedua spuit pada tempatnya
• Identifikasi sumber perdarahan
• Letakan ujung spuit double barel pada sember perdarahan (usahakan secepat mungkin agar masih kering setelah di dep)
• Tekan kedua ujung spuit sampai kedua isi spuit keluar bersamaan
• Lekatkan sedikit saja.
• Jika seluruh perdarahan teratasi maka kulit diaproksimasi dan di lem(menggantikan penjahitan.
• Biarkan beberapa detik sampai kering.
• Ligasi Hekting
• Jika dilakukan hemostasis dengan ligasi hekting, ada beberapa cara yang dapat dilakukan jahitan matras atau figure of eigh
Tidak ada komentar :
Posting Komentar