TB Tulang Belakang
Kita sering melihat di media massa penyuluhan dari pemerintah mengenai penyakit Tuberkulosis (TB). Masyarakat mengenal TB sebagai penyakit paru. Namun di dunia orthopaedi TB merupakan kuman yang tidak asing lagi.
Infeksi TB yang akan dibahas pada artikel ini adalah infeksi TB yang menyerang tulang belakang atau lebih dikenal dengan spondylitis TB. Selama ini pasien-pasien yang saya temui cukup banyak yang tidak langsung terdiagnosis sebelum bertemu dengan dokter orthopaedi.
Memang keluhan awal dari spondylitis TB tidak khas dan dapat berupa nyeri punggung saja pada tahap-tahap awal. Gejala-gejala konstitusional seperti penurunan berat badan, keringat malam, batuk-batuk lama, dan demam jarang muncul dengan jelas. Pemeriksaan penunjang foto rontgen baru akan terlihat jelas setelah kerusakan pada tulang belakang lebih dari 30%. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih sensitif dan dapat mendeteksi dari awal, namun terlalu memakan biaya untuk screening tahap awal.
Pemeriksaan paling sederhana adalah dari laboratorium berupa penanda radang seperti Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP) yang melebihi batas normal. Penanda spesifik seperti PAP-TB atau PCR-TB juga dapat mendeteksi.
Salah satu contoh adalah pada pasien saya yang berusia lanjut dengan keluhan nyeri yang menjalar sampai ke kaki dan kelemahan pada gerakan pegelangan kaki. Pengobatan dengan obat-obatan tidak memperbaiki semua keluhan. Ketika dilakukan screening didapati LED dan CRP yang tinggi. Pemeriksaan MRI dengan kontras menunjukkan penyangatan yang khas untuk infeksi kuman TB.
Pasien kemudian diberikan obat anti tuberkulosis (OAT) selama 2 minggu, dilanjutkan operasi untuk pembersihan tulang belakang dan memasang implan untuk menstabilkan. Keluhan nyeri degeneratif pada segmen tulang belakang di bawah segmen yang terinfeksi pada pasien juga ditangani sekaligus dengan operasi ini.
Selesai operasi pasien sudah tidak mengeluhkan nyeri dan berangsur-angsur berjalan normal.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar