PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA I
Oleh: dr.Irsyad Herminofa al-Hajj
- Berikan dukungan dan suasana yang menyenangkan bagi parturien
- Berikan informasi mengenai jalannya proses persalinan kepada parturien dan pendampingnya.
- Pengamatan kesehatan janin selama persalinan
- Pada kasus persalinan resiko rendah, pada kala I DJJ diperiksa setiap 30 menit dan pada kala II setiap 15 menit setelah berakhirnya kontraksi uterus ( his ).
- Pada kasus persalinan resiko tinggi, pada kala I DJJ diperiksa dengan frekuensi yang lbih sering (setiap 15 menit ) dan pada kala II setiap 5 menit.
- Pengamatan kontraksi uterus
- Meskipun dapat ditentukan dengan menggunakan kardiotokografi, namun penilaian kualitas his dapat pula dilakukan secara manual dengan telapak tangan penolong persalinan yang diletakkan diatas abdomen (uterus) parturien.
- Tanda vital ibu
- Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah dinilai setiap 4 jam.
- Bila selaput ketuban sudah pecah dan suhu tubuh sekitar 37.50 C (“borderline”) maka pemeriksaan suhu tubuh dilakukan setiap jam.
- Bila ketuban pecah lebih dari 18 jam, berikan antibiotika profilaksis.
- Pemeriksaan VT berikut
1.
Pada kala I keperluan dalam menilai
status servik, stasion dan posisi bagian terendah janin sangat bervariasi.
2.
Umumnya pemeriksaan dalam (VT) untuk
menilai kemajuan persalinan dilakukan tiap 4 jam.
3.
Indikasi pemeriksaan dalam diluar
waktu yang rutin diatas adalah:
§ Menentukan fase persalinan.
§ Saat ketuban pecah dengan bagian terendah janin masih belum
masuk pintu atas panggul.
§ Ibu merasa ingin meneran.
§ Detik jantung janin mendadak menjadi buruk (< 120 atau
> 160 dpm).
Makanan
oral
0.
Sebaiknya pasien tidak mengkonsumsi
makanan padat selama persalinan fase aktif dan kala II. Pengosongan lambung
saat persalinan aktif berlangsung sangat lambat.
1.
Penyerapan obat peroral berlangsung
lambat sehingga terdapat bahaya aspirasi saat parturien muntah.
2.
Pada saat persalinan aktif, pasien
masih diperkenankan untuk mengkonsumsi makanan cair.
Cairan
intravena
o
Keuntungan pemberian cairan
intravena selama inpartu:
§ Bilamana pada kala III dibutuhkan pemberian oksitosin
profilaksis pada kasus atonia uteri.
§ Pemberian cairan glukosa, natrium dan air dengan jumlah
60–120 ml per jam dapat mencegah terjadinya dehidrasi dan asidosis pada ibu.
Posisi ibu
selama persalinan
o
Pasien diberikan kebebasan
sepenuhnya untuk memilih posisi yang paling nyaman bagi dirinya.
o
Berjalan pada saat inpartu tidak
selalu merupakan kontraindikasi.
Analgesia
o
Kebutuhan analgesia selama
persalinan tergantung atas permintaan pasien.
Lengkapi
partogram
o
Keadaan umum parturien ( tekanan
darah, nadi, suhu, pernafasan ).
o
Pengamatan frekuensi – durasi –
intensitas his.
o
Pemberian cairan intravena.
o
Pemberian obat-obatan.
Amniotomi
o
Bila selaput ketuban masih utuh,
meskipun pada persalinan yang diperkirakan normal terdapat kecenderungan kuat
pada diri dokter yang bekerja di beberapa pusat kesehatan untuk melakukan
amniotomi dengan alasan:
§ Persalinan akan berlangsung lebih cepat.
§ Deteksi dini keadaan air ketuban yang bercampur mekonium (
yang merupakan indikasi adanya gawat janin ) berlangsung lebih cepat.
§ Kesempatan untuk melakukan pemasangan elektrode pada kulit
kepala janin dan prosedur pengukuran tekanan intrauterin.
o
Namun harus dingat bahwa tindakan
amniotomi dini memerlukan observasi yang teramat ketat sehingga tidak layak
dilakukan sebagai tindakan rutin.
Fungsi
kandung kemih
o
Distensi kandung kemih selama
persalinan harus dihindari oleh karena dapat:
§ Menghambat penurunan kepala janin
§ Menyebabkan hipotonia dan infeksi kandung kemih
§ Carley dkk (2002) menemukan bahwa 51 dari 11.322 persalinan
pervaginam mengalami komplikasi retensio urinae ( 1 : 200 persalinan ).
§ Faktor resiko terjadinya retensio urinae pasca persalinan:
§ Persalinan pervaginam operatif
§ Pemberian analgesia regional
Tidak ada komentar :
Posting Komentar