PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA II
Oleh: dr.Irsyad Herminofa al-Hajj
Tujuan penatalaksanaan persalinan
kala II :
- Mencegah infeksi traktus genitalis melalui tindakan asepsis dan antisepsis.
- Melahirkan “well born baby”.
- Mencegah agar tidak terjadi kerusakan otot dasar panggul secara berlebihan.
Penentuan kala II :
Ditentukan berdasarkan hasil
pemeriksaan vaginal toucher yang acapkali dilakukan atas indikasi :
- Kontraksi uterus sangat kuat dan disertai ibu yang merasa sangat ingin meneran.
- Pecahnya ketuban secara tiba-tiba.
Pada kala II sangat diperlukan
kerjasama yang baik antara parturien dengan penolong persalinan.
- Persiapan :
- Persiapan set “pertolongan persalinan” lengkap.
- Meminta pasien untuk mengosongkan kandung kemih bila teraba kandung kemih diatas simfisis pubis.
- Membersihkan perineum, rambut pubis dan paha dengan larutan disinfektan.
- Meletakkan kain bersih dibagian bawah bokong parturien.
- Penolong persalinan mengenakan peralatan untuk pengamanan diri ( sepatu boot, apron, kacamata pelindung dan penutup hidung & mulut).
- Pertolongan persalinan :
- Posisi pasien sebaiknya dalam keadaan datar diatas tempat tidur persalinan.
- Untuk pemaparan yang baik, digunakan penahan regio poplitea yang tidak terlampau renggang dengan kedudukan yang sama tinggi.
- Persalinan kepala:
- Setelah dilatasi servik lengkap, pada setiap his vulva semakin terbuka akibat dorongan kepala dan terjadi “crowning”.
- Anus menjadi teregang dan menonjol. Dinding anterior rektum biasanya menjadi lebih mudah dilihat.
- Bila tidak dilakukan episiotomi, terutama pada nulipara akan terjadi penipisan perineum dan selanjutnya terjadi laserasi perineum secara spontan.
- Episotomi tidak perlu dilakukan secara rutin dan hendaknya dilakukan secara individual atas sepengetahuan dan seijin parturien.
Gambar 6 – 2 : Rangkaian persalinan
kepala
- Kepala membuka pintu (crowning)
- Perineum semakin teregang dan semakin tipis
- Kepala anak lahir dengan gerakan ekstensi
- Kepala anak jatuh didepan anus
- Putaran restitusi
- Putar paksi luar
Episiotomi terutama dari jenis episiotomi
mediana mudah menyebabkan terjadinya ruptura perinei totalis (mengenai
rektum) ; sebaliknya bila tidak dilakukan episiotomi dapat menyebabkan robekan
didaerah depan yang mengenai urethrae.
Manuver Ritgen :
Gambar 3 Maneuver RITGEN
Tujuan maneuver Ritgen :
- Membantu pengendalian persalinan kepala janin
- Membantu defleksi (ekstensi) kepala
- Diameter kepala janin yang melewati perineum adalah diameter yang paling kecil sehingga dapat
- Mencegah terjadinya cedera perineum yang
Saat kepala janin meregang vulva dan
perineum (“crowning”) dengan diameter 5 cm, dengan dialasi oleh
kain basah tangan kanan penolong melakukan dorongan pada perineum dekat dengan
dagu janin kearah depan atas. Tangan kiri melakukan tekanan ringan pada daerah
oksiput. Maneuver ini dilakukan untuk mengatur defleksi kepala agar tidak
terjadi cedera berlebihan pada perineum.
Gambar 4 Persalinan kepala, mulut
terlihat didepan perineum
Persalinan bahu:
Setelah lahir, kepala janin terkulai
keposterior sehingga muka janin mendekat pada anus ibu. Selanjutnya oksiput
berputar (putaran restitusi) yang menunjukkan bahwa diameter bis-acromial
(diameter tranversal thorax) berada pada posisi anteroposterior Pintu Atas
Panggul (gambar 2d) dan pada saat itu muka dan hidung anak hendaknya
dibersihkan (gambar 5)
Gambar 5 Segera setelah dilahirkan,
mulut dan hidung anak dibersihkan
Seringkali, sesaat setelah putar
paksi luar, bahu terlihat di vulva dan lahir secara spontan. Bila tidak, perlu
dlakukan ekstraksi dengan jalan melakukan cekapan pada kepala anak dan
dilakukan traksi curam kebawah untuk melahirkan bahu depan dibawah arcus pubis.
(gambar 6)
Gambar 6 Persalinan bahu depan
Gambar 7 Persalinan bahu belakang
|
|||
Untuk mencegah terjadinya distosia
bahu, sejumlah ahli obstetri menyarankan agar terlebih dulu melahirkan bahu
depan sebelum melakukan pembersihan hidung dan mulut janin atau memeriksa
adanya lilitan talipusat ( gambar 8)
Gambar 8 Memeriksa adanya lilitan
talipusat
Persalinan sisa tubuh janin biasanya
akan mengikuti persalinan bahu tanpa kesulitan, bila agak sedikit lama maka
persalinan sisa tubuh janin tersebut dapat dilakukan dengan traksi kepala
sesuai dengan aksis tubuh janin dan disertai dengan tekanan ringan pada fundus
uteri.
Jangan melakukan kaitan pada ketiak
janin untuk menghindari terjadinya cedera saraf ekstrimitas atas
5. Membersihkan nasopharynx:
Perlu dilakukan tindakan pembersihan
muka , hidung dan mulut anak setelah dada lahir dan anak mulai mengadakan
inspirasi, seperti yang terlihat pada gambar 5 untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya aspirasi cairan amnion, bahan tertentu didalam cairan
amnion serta darah.
6. Lilitan talipusat
Setelah bahu depan lahir, dilakukan
pemeriksaan adanya lilitan talipusat dileher anak dengan menggunakan jari
telunjuk seperti terlihat pada gambar 8
Lilitan talipusat terjadi pada 25%
persalinan dan bukan merupakan keadaan yang berbahaya.
Bila terdapat lilitan talipusat,
maka lilitan tersebut dapat dikendorkanmelewati bagian atas kepala dan bila
lilitan terlampau erat atau berganda maka dapat dilakukan pemotongan talipusat
terlebih dulu setelah dilakukan pemasangan dua buah klem penjepit talipusat.
7. Menjepit talipusat:
Klem penjepit talipusat dipasang 4–5
cm didepan abdomen anak dan penjepit talipusat (plastik) dipasang dengan jarak
2–3 cm dari klem penjepit. Pemotongan dilakukan diantara klem dan penjepit
talipusat.
Saat pemasangan penjepit talipusat:
Bila setelah persalinan, neonatus
diletakkan pada ketinggian dibawah introitus vaginae selama 3 menit dan
sirkulasi uteroplasenta tidak segera dihentikan dengan memasang penjepit
talipusat, maka akan terdapat pengaliran darah sebanyak 80 ml dari plasenta ke
tubuh neonatus dan hal tersebut dapat mencegah defisiensi zat besi pada masa
neonatus.
Pemasangan penjepit
talipusat sebaiknya dilakukan segera setelah pembersihan jalan nafas yang
biasanya berlangsung sekitar 30 detik dan sebaiknya neonatus tidak ditempatkan
lebih tinggi dari introitus vaginae atau abdomen (saat sectio caesar )
Tidak ada komentar :
Posting Komentar