PERDARAHAN
ANTEPARTUM
Perdarahan pada kehamilan harus
selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang berbahaya. Yang dimaksud dengan
perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari kehamilan.
Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 22
minggu, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah
kehamilan 22 minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum
kehamilan 22 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang berbeda.
Pada setiap perdarahan antepartum
pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan
plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada
kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan antepartum, masih merupakan
penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan
mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat
memberikan asuhan kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu
yang disebabkan perdarahan dapat menurun.
Perdarahan antepartum dikelompokan
sebagai berikut :
Perdarahan yang ada hubungannya
dengan kehamilan
- Plasenta previa
- Solusio plasenta
- Perdarahan pada plasenta letak rendah
- Pecahnya sinus marginalis
- Pecahnya vasa previa
Perdarahan yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan
- Pecahnya varises vagina
- Perdarahan polipus servikalis
- Perdarahan perlukaan serviks
- Perdarahan karena keganasan serviks
Frekuensi perdarahan antepartum
sekitar 3%-4% dari semua persalinan, sedangkan kejadian perdarahan antepertum
di rumah sakit lebih tinggi karena menerima rujukan.
Penanganan perdarahan antepartum
memerlukan perhatian karena dapat saling mempengaruhi dan merugikan janin dan
ibunya. Setiap perdarahan antepartum yang dijumpai oleh bidan, sebaiknya
dirujuk ke rumah sakit atau ke tempat dengan fasilitas yang memadai karena
memerlukan tata laksana khusus.
PLASENTA
Plasenta berbentuk bundar atau
hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal ± 2,5 cm dan berat rata-rata
500 gram. Plasenta berhubungan dengan tali pusat, jika letak tali pusat
ditengah plasenta maka keadaan ini disebut insertio sentralis, jika letak tali
pusat agak ke pinggir, disebut insertio lateralis, dan bila dipinggir disebut
insertio marginalis. Namun, terkadang tali pusat terletak diluar plasenta dan
hubungan antara tali pusat dan plasenta melalui selaput janin, jika demikian
maka keadaan ini disebut insertio velamentosa.
Fungsi plasenta ialah mengusahakan
janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini dibutuhkan adanya penyaluran
zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan CO2
serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu.
Fungsi plasenta, antara lain
- Sebagai alat yang memberikan nutrisi pada janin (nutritif)
- Sebagai alat yang mengeluarkan sisa metabolisme (ekskresi)
- Sebagai alat yang memberikan zat asam dan mengeluarkan CO2 (respirasi)
- Sebagai alat yang membentuk hormon
- Penyalur antibodi ke janin
PERDARAHAN YANG ADA HUBUNGANNYA
DENGAN KEHAMILAN
A. SOLUSIO PLASENTA
Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya
plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin
dilahirkan. Definisi ini berlaku dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau
berat janin diatas 500 gram. Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan
istilah abruptio plasenta atau separasi prematur dari plasenta. Plasenta dapat
lepas seluruhnya yang disebut solusio plasenta totalis atau terlepas
sebagian yang disebut solusio plasenta parsialis atau terlepas hanya
pada sebagian kecil pinggir plasenta yang sering disebut ruptur sinus
marginalis.
Pelepasan sebagian atau seluruh
plasenta dapat menyebabkan perdarahan baik dari ibu maupun janin. Kejadian ini
merupakan peristiwa yang serius dan merupakan penyebab sekitar 15% kematian
prenatal. 50% kematian ini disebabkan oleh kelahiran prematur dan sebagian
besar dari sisa jumlah tersebut meninggal karena hipoksia intrauterin.
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara
plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan penyulit terhadap
ibu maupun janin.
Penyulit terhadap ibu dapat dalam
bentuk :
- Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah umum
- Terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan pernapasan
- Penderita tampak anemis
- Dapat menimbulkan gangguan pembekuan darah, karena terjadi pembekuan intravaskuler yang diikuti hemolisis darah sehingga fibrinogen makin berkurang dan memudahkan terjadinya perdarahan
- Setelah persalinan dapat menimbulkan perdarahan postpartum karena atonia uteri atau gangguan pembekuan darah
- Menimbulkan gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan komplikasi sekunder
- Peningkatan timbunan darah dibelakang plasenta dapat menyebabkan rahim yang keras, padat dan kaku
- Penyulit terhadap janin dalam rahim, tergantung luas plasenta yang lepas, dimana dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai kematian janin dalam rahim.
Perdarahan yang terjadi karena
terlepasnya plasenta dapat menyelundup keluar dibawah selaput ketuban, yaitu
pada solusio plasenta dengan perdarahan keluar, atau tersembunyi dibelakang
plasenta membentuk hematoma retroplasenter. Hematoma retroplasenter
yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, atau kedua-duanya
atau perdarahannya menembus selaput ketuban masuk kedalam kantung ketuban.
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih
khas dan pada umumnya lebih berbahaya daripada solusio plasenta dengan
perdarahan keluar.
Solusio plasenta dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
1)
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, biasanya pada jenis ini keadaan
penderita lebih jelek, plasenta terlepas luas, uterus keras/tegang, sering
berkaitan dengan hipertensi.
2)
Solusio plasenta dengan perdarahan keluar, pada jenis ini biasanya keadaan umum
penderita relatif lebih baik, plasenta terlepas sebagian atau inkomplit dan
jarang berhubungan dengan hipertensi.
Etiologi/penyebab
Etiologi solusio plasenta belum
diketahui. Keadaan berikut merupakan faktor predisposisi/pemicu timbulnya
solusio plasenta, yaitu:
Trauma langsung terhadap uterus ibu
hamil
- Terjatuh terutama tertelungkup
- Tendangan anak yang sedang digendong
- Trauma eksternal lainnya
Traum kebidanan, artinya terjadi
karena tindakan kebidanan yang dilakukan
- Setelah dilakukan versi luar
- Setelah memecahkan ketuban
- Persalinan anak kedua hamil kembar
Faktor predisposisi
- Hipertensi esensialis atau hipertensi
- Tali pusat pendek
- Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
- Hamil pada usia lanjut
- Multiparitas
- Bersamaaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia
- Defisiensi asam folat
Nasib janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau
seluruhnya terlepas, anoksia akan menyebabkan kematian janin. Apabila sebagian
kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau tidak
mengakibatkan gawat janin.
Gambaran klinik
Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis atau
terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak (plasenta terlepas
kurang dari ¼ luasnya), sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun
janinnya. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman
dan sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit, atau terus menerus agak
tegang. Walaupun demikian bagian-bagian janin masih muda teraba. Uterus yang
agak tegang ini harus diawasi terus menerus apakah akan menjadi lebih tegang
lagi karena perdarahan yang berlangsung terus. Salah satu tanda yang
menimbulkan kecurigaan akan kemungkinan solusio plasenta ringan ialah
perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, yang berbeda dengan
perdarahan plasenta previa yang berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan
demikian, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta telah
terlepas lebih dari seperempatnya, tetapi belum sampai duapertiganya luas
permukaannya. Tanda dan gejalanya dapat timbul perlahan-lahan seperti pada
solusio plasenta ringan, atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus,
yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun
perdarahan pervaginam nampak sedikit , seluruh perdarahannya mungkin mencapai
1000ml. Ibu mungkin telah jatuh kedalam syok, demikian pula janinnya kalau
masih hidup dalam keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus
menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar diraba. Apabila
janin masih hidup, bunyi jantungnya sukar didengar dengan stetoskop biasa,
harus dengan stetoskop ultrasonik. Tanda-tanda persalinan telah ada, dan
persalinan itu akan selesai dalam waktu 2 jam. Kelainan pembekuan darah dan
kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun kebanyakan terjadi pada solusio
plasenta berat.
Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari
dua pertiga permukaannya. Terjadinya sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh
kedalam syok, dan janinnya telah meninggal. Uterusnya sangat tegang seperti
papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan
keadaan syok ibunya, malah perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi.
Besar kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal.
Solusio plasenta berat dengan couvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi dan
atonia uteri.
Diagnosis
Diagnosis solusio plasenta dapat
ditegakkan dengan melakukan :
a. Anamnesa
- Terdapat perdarahan disertai rasa nyeri
- Terjadi spontan atau karena trauma
- Perut terasa nyeri
- Tampak anemis
- Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik umum
- Keadaan umum penderita tampak tidak sesuai dengan jumlah perdarahan
- Tekanan darah menurun, nadi dan pernapasan meningkat
- Penderita tampak anemis
Pemeriksaan khusus
- Palpasi abdomen
Perut tegang terus menerus
Terasa nyeri saat di palpasi
Bagian janin sukar ditentukan
- Auskultasi
Denyut jantung janin bervariasi dari
asfiksia ringan sampai berat
- Pemeriksaan dalam
Terdapat pembukaan
Ketuban tegang menonjol
c. Pemeriksaan penunjang, dengan
ultrasonografi dijumpai perdarahan antara plasenta dengan dinding abdomen
Tanda dan gejala solusio plasenta
berat
- sakit perut terus menerus
- nyeri tekan pada uterus
- uterus tegang terus menerus
- perdarahan pervaginam
- syok
- bunyi jantung janin tidak terdengar lagi
- air ketuban mungkin telah berwarna kemerah-merahan karena bercampur darah
Pada solusio plasenta sedang tidak
semua tanda dan gejala perut itu lebih nyata, seperti sakit perut terus
menerus, nyeri tekan pada uterus dan uterus tegang terus menerus. Akan tetapi
dapat dikatakan tanda ketegangan uterus yang terus menerus merupakan tanda satu-satunya
yang selalu ada pada solusio plasenta, juga ada pada solusio plasenta ringan.
Menegakkan diagnosis solusio plasenta dengan menggunakan ultrasonografi sangat
membantu apabila mengalami keragu-raguan dalam menegakkan diagnosis.
Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin
tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dan lamanya solusio plasenta
berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
Komplikasi pada ibu
- Perdarahan
- Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok
- Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita yang anemis sampai syok (waspada perdarahan tersembunyi)
- Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma
- Gangguan pembekuan darah
- Masuknya tromboplastin kedalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai hemolisis
- Terjadi penurunan fibrinogen, sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah
- Oliguria
- Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang
- Perdarahan postpartum
- Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri
- Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan
- Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah selesai, penderita belum bebas dari bahaya perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala 3 dan kelainan pembekuan darah. Kontraksi uterus yang tidak kuat itu disebabkan ekstravasasi darah diantara otot-otot miometrium, seperti yang terjadi pada uterus couvelaire.
Komplikasi pada janin
- Perdarahan yang tertimbun dibelakang plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke arah janin sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin dalam rahim
- Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin tergantung pada seberapa bagian plasenta telah lepas dari implantasinya si fundus uteri
Penatalaksanaan
Lakukan uji pembekuan darah,
kegagalan terbentuknya bekuan darah setelah 7 menit atau terbentuknya bekuan
darah lunak yang mudah terpecah menunjukan adanya koagulapati.
Transfusi darah segar
Jika terjadi perdarahan hebat (nyata
atau tersembunyi) lakukan persalinan segera.
Seksio caesarea dilakukan jika:
- janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan segera (pembukaan belum lengkap)
- janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat berlangsung dalam waktu singkat
- persiapan, cukup dilakukan penanggulangan awal dan segera lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan
Partus pervaginam, dilakukan apabila :
janin hidup, gawat janin, pembukaan
lengkap dan bagian terendah didasar panggul.
- Amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian percepat kala 2 dengan ekstraksi forcep/vakum
- Janin telah meninggal dan pembukaan serviks lebih dari 2 cm
- Lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian akselerasi dengan 5 unit oksitosin dalam dextrose 5% atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus.
- Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam 2-4 hari kemudian.
Sikap bidan dalam menghadapi solusio
plasenta
Bidan merupakan tenaga andalan
masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan kebidanan, sehingga diharapkan
dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Dalam
menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah
melakukan rujukan ke rumah sakit.
Dalam bentuk rujukan diberikan
pertolongan darurat
- Pemasangan infus
- Tanpa melakukan pemeriksaan dalam/vaginal toucher
- Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
- Mempersiapkan donor dari keluarga atau masyarakat
- Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama
B. PLASENTA PREVIA
Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan
dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang tidak normal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Implantasi yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim
didaerah fundus uteri. klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Pembagian
plasenta previa :
- Plasenta previa totalis : jika seluruh pembukaan (ostium uteri internum) tertutup oleh jaringan plasenta
- Plasenta previa parsialis : hanya sebagian pembukaan yang tertutup oleh jaringan plasenta
- Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
- Plasenta letak rendah : plasenta yang implantasinya rendah tapi tidak sampai ke ostium uteri internum, pinggir plasenta kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir
Tingkatan dari plasenta previa ini
tergantung dari besarnya ukuran dilatasi serviks. Klasifikasi plasenta previa
tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologik dilatasi serviks.
Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta previa
total pada pembukaan 2 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa
parsialis pada pembukaan 8 cm karena dilatasi serviks telah melebihi tepi plasenta.
Pada keadaan ini, baik plasenta
parsialis maupun totalis akan terjadi pelepasan sebagian plasenta yang tidak
dapat dihindari, sebagai akibat dari pembentukan segmen bawah rahim dan
dilatasi serviks. Pelepasan ini akan menyebabkan terjadinya perdarahan yang
disebut perdarahan antepartum.
Etiologi
Etiologi tentang mengapa plasenta
tumbuh pada segmen bawah rahim tidak dapat diterangkan dengan jelas. Faktor
resiko terjadinya plasenta previa antara lain adalah pertambahan usia ibu
multiparitas. Dalam sebuah penelitian dari 314 wanita denagn paritas 5 atau
lebih, Babinski (1999) melaporkan bahwa 2,2% insiden dari previa meningkat
secara signifikan seiring dengan pertambahan usia masing-masing kelompoknya.
Ekstrimnya, 1 dari 1500 wanita berusia 19 tahun kebawah dan 1 banding 100 pada
wanita berusia lebih dari 35 tahun.
William dkk juga menerangkan bahwa
dengan merokok resiko terjadinya plasenta previa meningkat 2x lipat. Teori yang
diberikan adalah bahwa hipoksemi menyebabkan terjadinya kompensasi dari
plasenta sehingga terjadi hipertropi.
Secara ultrasonografi pada usia
kehamilan muda sering didapatkan adanya plasenta letak rendah. Hal ini
disebabkan pada kehamilan muda segmen bawah rahim belum terbentuk, tetapi
dengan meningkatnya usia gestasi, perlahan-lahan didapatkan perubahan letak
plasenta.
Perubahan plasenta tampaknya terjadi
karena pembesaran segmen atas rahim dan pembentukan segmen bawah rahim,
sehingga disarankan bagi wanita hamil untuk melakukan USG pada usia kehamilan
32-34 minggu untuk melihat apakah terjadi perubahan letak plasenta atau tidak.
Faktor terpenting terjadinya
plasenta previa adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua sehingga
menyebabkan atrofi dan peradangan pada endometrium. Keadaan ini misalnya
terdapat pada :
- Multipara, terutama kalau jarak kehamilan yang pendek
- Pada mioma uteri
- Kuretase yang berulang-ulang
Keadaan endometrium yang kurang baik
menyebabkan plasenta tumbuh/berimplantasi mendekati atau menutupi ostium
internum untuk mencukupi kebutuhan janin. Implantasi palsenta pada segmen bawah
rahim menyebabkan kanalis servikalis tertutup dan mengganggu proses persalinan
dengan terjadinya perdarahan.
Implantasi plasenta yang kurang baik
disebabkan oleh :
- Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
- Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan bagi plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin
- Villi korealis pada korion leave yang persisten
Gambaran klinik
- Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang, darah berwarna merah segar
- Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya
- Timbulnya penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
- Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul dan atau disertai dengan kelainan letak plasenta yang berada dibawah janin
- Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi, teraba jaringan plasenta
Diagnosis
Pemeriksaan inspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum ataukah dari kelainan
serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum,
adanya plasenta previa harus dicurigai.
Penentuan letak plasenta tidak
langsung
Dapat dilakukan dengan radiografi,
radio isotop dan ultrasonografi. Akan tetapi pada pemeriksaan radiografi dan
radio isotop, ibu dan janin akan dihadapkan pada bahaya radiasi sehingga cara
ini ditinggalkan. Sedangkan ultrasonografi (USG) tidak menimbulkan bahaya
radiasi dan rasa nyeri sehingga cara ini dianggap sangat tepat untuk mengetahui
letak plasenta.
Penentuan letak secara langsung
Pemeriksaan ini sangat berbahaya
karena dapat menimbulkan perdarahan hebat. Sehingga pemeriksaan secara langsung
lewat pemeriksaat dalam harus dilakukan di meja operasi, dimana jari-jari masuk
secara hati-hati ke dalam ostium uteri internum (OUI) untuk meraba adanya
jaringan plasenta.
Komplikasi
Pada ibu
- Perdarahan pascasalin
- Syok hipovolemik
- Infeksi-sepsis
- Laserasi serviks
- Plasenta akreta
- Emboli udara (jarang)
- Kelainan koagulapati sampai syok
- Kematian
Pada anak
- hipoksia
- anemia
- prolaps tali pusat
- prolaps plasenta
- prenaturiotas atau lahir mati
- kematian
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan plasenta previa
tergantung dari usia gestasi dimana akan dilakukan penatalaksanaan aktif, yaitu
mengakhiri kehamilan (terminasi) ataupun mempertahankan kehamilan selama
mungkin (ekspektatif).
Semua pasien dengan perdarahan
pervaginam pada kehamilan trimester ketiga, dirawat di rumah sakit tanpa
dilakukan pemeriksaan dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan
banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau
transfusi darah.
Perdarahan yang disebabkan oleh
plasenta previa merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan
dengan baik. Tindakan yang akan kita pilih tergantung dari faktor-faktor :
- jumlah perdarahan banyak/sedikit
- keadaan umum ibu/anak
- umur kehamilan/taksiran BB janin
- besarnya pembukaan/kemajuan persalinan
- tingkat plasenta previa
- paritas
Penanganan ekspektatif
kriteria
- keadaan umum ibu dan anak baik
- janin masih kecil
- perdarahan sudah berhenti atau masih sedikit sekali
- kehamilan kurang dari 37 minggu
- belum ada tanda-tanda persalinan
rencana penanganan
- istirahat baring mutlak
- infus dextrose 5% dan elektrolit
- spasmolitik, tokolitika, plasentotrofik, roborantia
- periksa Hb, HCT, C OT, golongan darah
- USG
- Awasi perdarahan terus menerus, TD, nadi dan DJJ
Penanganan aktif/terminasi
Yaitu kehamilan harus segera
diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, bila keadaan umum ibu
dan anak tidak baik, perdarahan banyak (lebih dari 500 cc), ada tanda-tanda
persalinan, umur kehamilan lebih dari 37 minggu.
- Persalinan dengan seksio caesarea
Segera melahirkan bayi dan plasenta
sehingga memungkinkan uterus berkontraksi dan perdarahan dapat segera
dihentikan, selain itu juga mencegah terjadinya laserasi serviks. Misalnya pada
penderita dengan perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nullipara dan tingkat
plasenta previa yang berat.
Indikasi SC
- Plasenta previa totalis
- Plasenta previa pada primigravida
- Plasenta previa janin letak lintang atau sungsang
- Anak berharga dan fetal distress
- Plasenta previa lateralis jika :
Pembukaan masih kecil dan perdarahan
banyak
Sebagian besaar OUI ditutupi
plasenta
Plasenta terletak disebelah belakang
- Profause bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir cepat
- Persalinan pervaginam
Dilakukan pada plasenta previa
marginalis atau lateralis pada multipara dan anak sudah meninggal atau
prematur. Dengan adanya penurunan kepala diharapkan dapat menekan plasenta pada
tempat implantasinya didaerah terjadinya perdarahan selama proses persalinan
berlangsung. Sehingga bagian terbawah janin berfungsi sebagai tampon untuk
mencegah perdarahan yang lebih banyak.
Indikasi partus pervaginam
- Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecahkan (amniotomi) jika his lemah, berikan oksitosin per drip
- Bila perdarahan masih terus berlangsung, lakukan SC
- Tindakan versi Braxton-hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan (kompresi atau tamponade bokong kepada janin terhadap plasenta) hanya dilakukan pada keadaan darurat, janin masih kecil atau sudah meninggal dan tidak ada fasilitas untuk dilakukan operasi
C. PERDARAHAN KARENA PECAHNYA VASA
PREVIA
Vasa previa adalah menyilangnya
pembuluh darah plasenta yang berasal dari insertio velamentosa pada kanalis
servikalis. Insersi velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput janin.
Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi velamentosa,
tali pusat dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin. Kelainan ini
merupakan kelainan insersi funiculus umbilikalis dan bukan merupakan kelainan
perkembangan plasenta. Karena pembuluh darahnya berinsersi pada membran, maka
pembuluh darahnya berjalan antara funiculus umbilikalis dan plasenta melewati
membran. Bila pembuluh darah tersebut berjalan didaerah ostium uteri internum,
maka disebut vasa previa.
Untuk menegakan diagnosis vasa
previa agak sukar dan memerlukan pengalaman, disamping jumlahnya tidak terlalu
banyak bila dapat ditemukan pada pembukaan dalam, maka satu-satunya sikap
adalah mengirim penderita ke rumah sakit untuk persalinan dengan primer seksio
sesarea. Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa
previa dapat terkoyak dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak.
Gejalanya ialah perdarahan segera setelah ketuban pecah dan karena perdarahan
ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung anak menjadi buruk.
D. PECAHNYA SINUS MARGINALIS
Pecahnya sinus marginalis merupakan
perdarahan yang sebagian besar baru diketahui setelah persalinan pada waktu
persalinan, perdarahan terjadi tanpa sakit dan menjelang pembukaan lengkap.
Karena perdarahan terjadi pada saat pembukaan mendekati lengkap, maka bahaya
untuk ibu maupun janinnya tidak terlalu besar.
Selama perkembangan amnion dan
korion melipat kebelakang disekeliling tepi-tepi plasenta. Dengan demikian
korion ini masih berkesinambungan dengan tepi plasenta tapi pelekatannya
melipat kebelakang pada permukaan foetal.
Pada permukaan foetal dekat pada
pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin putih ini menandakan pinggir
plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri dari vili yang timbul ke
samping, dibawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir plasenta mudah terlepas
dari dinding uterus dan perdarahan ini menyebabkan perdarahan antepartum. Hal
ini tidak dapat diketahui sebelum plasenta diperiksa pada akhir kehamilan.
PERDARAHAN YANG TIDAK ADA
HUBUNGANNYA DENGAN KEHAMILAN
Perdarahan yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan tidak akan membahayakan janin dalam rahim, tetapi
lebih memberatkan ibunya. Perdarahan yang terjadi dapat berlangsung sebelum
hamil trimester ketiga.
Keadaan umum penderita dan janin
dalam rahim tidak terpengaruh banyak karena sifat perdarahan sedikit, spotting
(bercak/flek) atau intermitten (sewaktu-waktu). Untuk dapat menegakan asal
perdarahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dalam dan melakukan
pemeriksaan inspekulo. Dengan pemeriksaan tersebut dapat ditetapkan asal
perdarahan
- Varises pecah
- Polip serviks atau endometrium
- Perlukaan serviks
- Keganasan pada serviks
Penanganan lebih lanjut dapat
dilakukan oleh bidan dengan melakukan konsultasi ke puskesmas, dokter ataupun
rumah sakit.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar